Jurnal Pertanian Indonesia |
Vol. 1
No. 2, Oktober 2020 |
p-ISSN : 2745-7141 e-ISSN : 2745-7060 |
Pertanian |
TINGKAT
SERANGAN WERENG BATANG COKLAT DAN PENGGEREK BATANG PADI PADA BEBERAPA VARIETAS
PADI DI PURBALINGGA
Tian Maikel
Hardiansah D, Rostaman dan T.A.D Haryanto
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Jenderal Soedirman,
Indonesia
Email: [email protected], [email protected] dan [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 3 Oktober 2020 Diterima dalam bentuk revisi 15 Oktober 2020 Diterima dalam bentuk revisi 20 Oktober 2020 |
Penelitian ini bertujuan
untuk mencari varietas yang tahan terhadap serangan hama wereng batang coklat
(WBC) dan/atau penggerek batang padi (PBP). Penelitian ini dilaksanakan pada
lahan sawah milik petani di Desa Sumilir, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten
Purbalingga, Jawa Tengah pada bulan Desember 2018 sampai dengan Juli 2019.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri
dari 5 varietas padi, yaitu Inpago Unsoed 1, Parimas, Mugibat, Inpari 32 dan
Logawa dan percobaan diulang 4 kali. Hasil penelitian tingkat serangan wereng
batang coklat yang ditunjukkan oleh populasinya bervariasi antar varietas.
Populasi� serangga tersebut cukup
rendah 0,36-0,62 individu/rumpun), berada di bawah ambang ekonomi (15
individu/rumpun). Demikian pula tingkat serangan penggerek batang padi pada
semua varietas cukup rendah. |
Kata kunci: varietas padi; wereng batang coklat; penggerek batang padi. |
Pendahuluan
Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman sereal
penting dan sumber pangan bagi sepertiga populasi dunia (Ramulamma, 2014). �Tanaman padi di Indonesia merupakan tanaman
pangan penting yang telah menjadi makanan pokok dan merupakan komoditas utama
dalam menyokong pangan masyarakat (Anggraini et al., 2013). Namun
proses produksi mengalami masalah salah satunya berupa masalah biologis.
Masalah biologis bisa diakibat oleh serangan organisme pengganggu tanaman (OPT)
dimana salah satunya merupakan hama.
Wereng
batang coklat (WBC) dan penggerek batang padi (PBP) termasuk jenis hama penting pada pertanaman padi. Hama
tersebut dapat mengakibatkan serangan yang parah bahkan dapat mengakibatkan
puso atau kegagalan panen
��������� Salah satu pengendalian yang dapat
dilakukan yaitu pengendalian secara kultur teknis yang dapat dilakukan dengan
cara menanam varietas tahan. Tiap varietas akan memberikan respon yang
berbeda
terhadap serangan OPT antara varietas satu dengan varietas lain. Respon
tersebut ditunjukkan dengan tingkat ketahanan yang tinggi (resisten) dan rendah
(rentan) (Maulana, 2017).
Penelitian yang dilakukan Sujitno et al. (2014), menunjukkan pemakaian varietas unggul baru lebih
lambat terkena serangan WBC, memiliki populasi dan tingkat serangan WBC lebih
rendah dari pada varietas unggul lama. Penelitian yang dilakukan Maulana et al. (2017) menunjukkan bahwa
penggunan varietas yang berbeda akan menghasilkan nilai ketahanan dari
intensitas serangan PBP yang berbeda. Varietas Gorontalo memiliki nilai
ketahana agak tahan dibandingkan dengan empat varietas lainya yaitu Cimelati,
Logawa, Inpari 13 dan Inpari
31.
Pengetahuan tentang respon varietas padi terhadap serangan hama serta
pertumbuhan dan produksi padi sangat diperlukan agar pengendalian hama dengan
menggunakan varietas tahan menjadi lebih efektif dan efisien (Maulana, 2017). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mencari varietas yang tahan atau toleran terhadap serangan hama wereng
batang coklat (WBC) dan/atau penggerek batang padi (PBP).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada lahan sawah milik
petani di Desa Sumilir, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
pada bulan Desember 2018 sampai dengan Juli 2019. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5
varietas tanaman padi yaitu Inpago Unsoed 1, Parimas, Mugibat, Inpari 32 dan
Logawa, limbah nilam, pupuk kandang dan pupuk sintesis (Urea, SP-36, dan KCl). Alat yang akan digunakan yaitu plastik TBS (Trap Barrier System), garu, lanjaran
bambu, tali rafia, cangkul, meteran, sabit, timbangan, meteran, alat semprot,
dan alat tulis.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari 5 varietas padi, yaitu Inpago Unsoed 1, Parimas,
Mugibat, Inpari 32 dan Logawa. Percobaan diulang 4 kali.
Variabel yang
diamati dalam penelitian ini adalah populasi WBC, intensitas serangan PBP,
populasi musuh alami (laba-laba, kumbang koksi, dan Trichogramma spp)
dan hasil padi per petak
(kg). Pengamatan populasi WBC diamati pada 6 rumpun padi terpilih
kemudian jumlah populasinya di rata-rata. Pengamatan intensitas serangan PBP
diamati pada 6 rumpun padi terpilih kemudian dihitung jumlah batang
terserang/jumlah batang yang diamati. Pengamatan populasi musuh alami yang
diamati pada 6 rumpun padi terpilih dan selanjutnya populasinya di rata-rata. Gabah
yang telah dipanen selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan duduk lalu hasil
timbanganya dicatat.
Data yang diperoleh diolah dengan program Excel dan dianalisis dengan program dStat. Selanjutnya
data hasil pengelohan dianalis menggunakan uji F pada taraf �5% dan jika terdapat pengaruh maka dilanjutkan
dengan Uji beda DMRT (Duncan Multiple
Range Test) pada taraf kesalahan 5% untuk mengetahui beda
rata-rata antar perlakuan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis ragam
serangan hama, populasi musuh alami dan hasil panen/petak disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisi ragam variabel pengamatan
terhadap varietas
Variabel |
Varietas |
Populasi
WBC |
Sn |
Intensitas
Serangan PBP |
tn |
Kumbang
Koksi |
tn |
Laba-laba |
tn |
Trichogramma |
tn |
Hasil
Panen |
Sn |
Keterangan
: WBC = Wereng Batang Coklat; PBP = Penggerak Batang Padi ; tn = Tidak beda
nyata pada uji F dengan taraf kesalahan 5%; sn = Sangat nyata pada uji F dengan
taraf kesalahan 5%.
1.
Populasi
Wereng Batang Coklat (WBC)
Hasil analisis ragam populasi WBC terhadap varietas
padi menunjukkan hasil sangat nyata (Tabel 2). Jumlah populasi WBC pada tanaman
padi berbeda pada setiap varietasnya. Populasi WBC tertinggi terdapat pada
varietas Inpari 32, sedangkan populasi WBC terendah terdapat pada varietas
Parimas, Inpago Unsoed 1 dan Mugibat.
Penelitian
(Darmadi & Alawiyah, 2018) menyatakan, hasil pengamatan WBC pada
tanaman padi berbeda pada setiap varietasnya. Serangan WBC tertinggi yaitu pada
varietas Inpari 32, Cisadane dan Pelita sebesar 80% (gejala sangat parah).
Tabel 2. Rata-rata populasi WBC pada lima varietas padi
Varietas |
WBC (individu/rumpun) |
PM |
0,30 c |
IPG |
0,37 bc |
IPR |
0,62 a |
MG |
0,41 bc |
LO |
0,45 b |
Keterangan
: PM = Parimas; IPG = Inpago Unsoed 1; IPR = Inpari 32; MG = Mugibat; LO =
Logawa.
Populasi WBC yang tinggi pada varietas Inpari 32
dapat dikarenakan varietas tersebut agak rentan terhadap serangan hama WBC.
Menurut (Litbang, 2020c), varietas Inpari 32 memiliki ketahanan
yang berbeda terhadap serangan hama. Inpari 32 agak tahan terhadap Tungro namun
agak rentan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2,dan 3.
Menurunnya ketahanan varietas Inpari 32 diduga
karena varietas tersebut banyak ditanam oleh petani, sehingga selalu ada pada
setiap musim tanam. (Dianawati & Sujitno, 2015) menyatakan varietas unggul yang ditanam
terus-menerus pada suatu wilayah akan menyebabkan munculnya WBC biotipe baru.
WBC biotipe baru dapat mematahkan gen ketahanan pada varietas unggul yang
sebelumnya tahan menjadi rentan (Baehaki, 2015).
Penggunaan pupuk Urea yang berlebihan juga
mengakibatkan tanaman padi rentan akan serangan WBC. Hal ini dikarenakan
kandungan nitrogen (N) dalam pupuk Urea mampu mengakibatkan batang tanaman padi
menjadi lemah bila diserap tanaman berlebihan. (Senoaji & Praptana, 2018), menyatakan pemberian N berlebihan akan
menimbulkan masalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT seringkali
terjadi pada pertanaman padi sawah irigasi di daerah endemis yang menggunakan N
dengan dosis tinggi. Pengaruh negatif dari pemberian N berlebih adalah jaringan
tanaman (succulent) menjadi lemah
sehingga lebih peka terhadap serangan OPT.
Berdasarkan pengamatan di lahan populasi tertinggi
WBC adalah 0,62 individu/rumpun pada varietas Inpari 32 sehingga masih jauh di
bawah batas ambang ekonomi. Ambang batas ekonomi WBC pada tanaman padi adalah
15 individu/rumpun (Sianipar, 2018).
2.
Intensitas Serangan Penggerek Batang Padi (PBP)
Hasil analisis ragam intensitas serangan PBP
terhadap varietas padi menunjukkan hasil tidak nyata (Tabel 3). Rata-rata
intensitas serangan PBP di lahan penelitian adalah 5,25% dan masih di bawah
ambang ekonomi. Ambang ekonomi hama PBP adalah diatas 10% dan pada fase
generatif terdapat 4 kelompok telur per rumpun (BPTP Jawa Barat, 2011).
Tabel 3. Rata-rata intensitas serangan PBP pada lima varietas padi
Varietas |
PBP (%) |
PM |
5,39 a |
IPG |
5,24 a |
IPR |
5,09 a |
MG |
5,08 a |
LO |
5,45 a |
Keterangan
: PM = Parimas; IPG = Inpago Unsoed 1; IPR = Inpari 32; MG = Mugibat; LO =
Logawa
Intensitas serangan PBP yang masih di bawah ambang
ekonomi diduga karena varietas yang ditanam tahan. Intensitas serangan PBP di
bawah 10% termasuk ke dalam
kategori tahan. Maulana, (2017) menyatakan tingkat ketahanan terhadap
serangan hama penggerek yaitu sangat tahan = 0, tahan = 0-10%, agak tahan =
11-25%, agak peka = 26-40%, peka = 41-60% dan sangat peka = 61-100%.
Rata-rata intensitas serangan adalah sebesar 5,25%
dan masuk ke dalam kategori tahan. Hal ini sesuai dengan penelitian (Maulana, 2017), dimana varietas Logawa yang ditanam
terdapat intensitas serangan sebesar 5,56% dan dikategorikan tahan.
Intensitas serangan PBP yang di bawah ambang
ekonomi juga bisa karena rendahnya populasi PBP di lahan. (Aryantini et al., 2015) menyatakan populasi PBP yang semakin
tinggi maka semakin tinggi pula intensitas serangan, sebaliknya semakin rendah
populasi PBP maka semakin rendah pula intensitas serangannya di lapangan.
Populasi WBC dan intensitas serangan PBP yang
rendah di lahan penelitian bisa diakibatkan oleh sistem pergiliran tanaman yang
diterapkan yaitu padi-padi-bera. Lahan sawah yang dibera akan membuat hama
kehilangan makanan utamanya sehingga populasinya akan berkurang. Thridyawati et al. (2013) menyatakan pergiliran
tanaman berperan dalam memberikan lingkungan yang tidak sesuai dengan syarat
tumbuh OPT , sehingga populasinya akan berkurang.
3. Populasi Musuh Alami
Hasil analisis ragam populasi musuh alami terhadap
varietas padi menunjukkan hasil tidak nyata (Tabel 4). Hal ini diduga karena
setiap musuh alami yang diamati memiliki makanan yang beragam, sehingga
populasinya berbeda.
Tabel 4. Rata-rata populasi musuh alami pada lima varietas padi
Varietas |
Musuh Alami (individu/rumpun) |
||
Kumbang Koksi |
Laba-laba |
Trichogramma |
|
PM |
0,28
a |
0,61
a |
0,31
a |
IPG |
0,32
a |
0,59
a |
0,28
a |
IPR |
0,40
a |
0,76
a |
0,27
a |
MG |
0,32
a |
0,78
a |
0,29
a |
LO |
0,30
a |
0,80
a |
0,35
a |
Keterangan
: PM = Parimas; IPG = Inpago Unsoed 1; IPR = Inpari 32; MG = Mugibat; LO =
Logawa.
Musuh alami yang banyak ditemukan yaitu laba-laba dengan rata-rata populasinya 0,7 individu/rumpun, sedangkan
musuh alami yang sedikit ditemukan adalah Trichogramma
dengan rata-rata populasinya 0,5 individu/rumpun.
Sianipar (2018) menyatakan kemampuan musuh alami
untuk tetap ada dengan jumlah populasi yang berbeda diduga disamping memangsa
makanan utamanya, musuh alami juga mempunyai makanan inang lain. Musuh alami
serangga predator maupun parasitoid selalu terdapat pada lahan meskipun tanaman
padi sudah tidak ada karena predator memangsa inang berbeda dan stadia serangga
yang berbeda beda (Santosa, 2012).
4. Hasil Panen Per Petak
Hasil analisis ragam hasil panen terhadap varietas
padi menunjukkan hasil sangat nyata (Tabel 5). Berdasar-kan pengukuran, hasil panen tanaman padi berbeda pada
setiap varietasnya. Hasil panen tertingi terdapat pada varietas Inpari 32
berjumlah 7,83 kg/petak dan hasil panen terendah terdapat pada varietas Inpago
Unsoed 1 dengan hasil 3,01 kg/petak.
Litbang (2020) menyatakan produktivitas tanaman
padi selain dipengaruhi
faktor biotik dan abiotik juga dipengaruhi oleh faktor genetika tanaman. Luas
petak penelitian 6,175 �ketika dikonversikan ke hektare dapat bisa
diprediksi bahwa hasil panen varietas Parimas adalah 4,64 ton/ha, Inpago Unsoed
1 adalah 3,89 ton/ha, Inpari 32
adalah 10,14 ton/ha, Mugibat
adalah 7,72 ton/ha dan Logawa
4,9 ton/ha.
Hasil konversi ke hektar menunjukan bahwa terjadi
penurunan hasil pada beberapa varietas. Penurunan hasil terdapat pada varietas
Parimas sebesar 38,13%, Inpago Unsoed 1 sebesar 45%, Mugibat sebesar 5,85% dan Logawa
sebesar 34,67%, namun varietas Inpari 32 mengalami peningkatan hasil sebesar
18% dari potensi hasil. Penurunan hasil tertinggi terdapat pada varietas Inpago
Unsoed 1.
Hasil panen yang tinggi pada varietas Inpari 32
diduga karena varietas tersebut mampu menghasilkan jumlah anakan produktif yang
lebih banyak dibandingkan dengan varietas lainnya. Jumlah anakan produktif akan
berkontribusi terhadap gabah yang dihasilkan.
Hasil penelitian Peng et al., (1999) menunjukkan bahwa jumlah gabah/malai
memberikan kontribusi terhadap hasil gabah. Penelitian Sutaryo & Purwantoro (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
erat antar bobot 1000 butir dengan hasil pada padi sawah. Hubungan tersebut
dipengaruhi secara tak langsung melalui jumlah malai produktif.
Tabel 5. Rata-rata bobot hasil panen pada lima varietas padi dan penurunan hasil
Varietas |
Hasil Panen ���(kg/petak) |
Konversi Hasil (ton/ha) |
Potensi Hasil (ton/ha) |
Penurunan hasil (%) |
PM |
3,78 d |
4,64 |
7,50 |
38,13 |
IPG |
3,01 e |
3,89 |
7,20 |
45,97 |
IPR |
7,83 a |
10,14 |
8,53 |
-18,87 |
MG |
5,97 b |
7,72 |
8,20 |
5,85 |
LO |
3,79 c |
4,90 |
7,50 |
34,67 |
Keterangan
: PM = Parimas; IPG = Inpago Unsoed 1; IPR = Inpari 32; MG = Mugibat; LO =
Logawa.
Varietas Inpari 32 pada lahan penelitian memiliki
tingkat serangan WBC tertinggi yaitu 0,62 individu/ rumpun, namun jumlah tersebut masih jauh dibawah batang ambang ekonomi
WBC. Ambang ekonomi WBC adalah� 15
individu/rumpun. Rendahnya populasi hama di lahan menyebabkan tingkat serangan
pada tanaman menjadi rendah,sehingga produktivitas lahan tidak mengalami penurunan
signifikan (Rahadi et al., 2019).
Hasil
panen yang rendah pada varietas Inpago Unsoed 1 diduga karena kemampuan
varietas meng-hasilkan
gabah lebih rendah dibandingkan varietas lainnya. Rata-rata potensi hasil gabah
kering giling (GKG) pada varietas Inpago Unsoed 1 4,9 ton/ha (Litbang, 2020b), varietas Mugibat 6,1 ton/ha (Batan, 2020), varietas Parimas 6,19 ton/ha (BB Padi, 2020) Varietas Inpari 32 6,3 ton/ha(Litbang, 2020a), varietas Logawa 6,8 ton/ha (Suprihatno et al., 2009).
Kesimpulan
Tingkat serangan wereng batang coklat yang ditunjukkan oleh populasinya
bervariasi antar varietas. Populasi
�serangga tersebut cukup rendah 0,36-0,62 individu/rumpun), berada di bawah ambang ekonomi (15 individu/rumpun). Varietas
Parimas merupakan varietas dengan tingkat serangan terendah. Demikian pula tingkat serangan penggerek batang padi
pada semua varietas cukup rendah namun tidak berbeda nyata antar
varietasnya.
Bibliografi
Anggraini, F., Suryanto, A., & Aini, N. (2013).
Sistem tanam dan umur bibit pada tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) varietas
Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman, 1(2).
Aryantini, L. U. H. T., SUPARTHA, I. W., & WIJAYA,
I. N. (2015). Kelimpahan populasi dan serangan penggerek batang padi pada
tanaman padi di Kabupaten Tabanan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika (Journal
of Tropical Agroecotechnology).
Baehaki, S. E. (2015). Perkembangan biotipe hama
wereng coklat pada tanaman padi. IPTEK Tanaman Pangan, 7(1).
Batan. (2020). Padi varietas unggul hasil kombinasi
teknik mutasi dan persilangan. (on-line).
http://drive.batan.go.id/kip/documents/leaflet2018/Padi Varietas Unggul.pdf
diakses 15 Februari 2020.
BB Padi. (2020). Unsoed Parimas. (on-line).
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/en/varietas-padi/inbrida-padi-gogo-inpago/unsoed-parimas
diakses 15 Februari 2020.
BPTP Jawa Barat. (2011). Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) Penggerek Batang Padi. (on-line).
http://jabar.litbang.pertanian.go.id/images/stories/Leaflet 2011/PHT2011.pdf
diakses 22 April 2020.
Darmadi, D., & Alawiyah, T. (2018). Respons
beberapa varietas padi (Oryza sativa L.) terhadap wereng batang coklat
(Nilaparvata lugens Stall) koloni karawang. Agrikultura, 29(2),
73�81.
Dianawati, M., & Sujitno, E. (2015). Kajian
berbagai varietas unggul terhadap serangan wereng batang cokelat dan produksi
padi di lahan sawah kabupaten Garut, Jawa Barat. Pros. Sem. Nas. Masy.
Biodiv. Indon, 1(4), 868�873.
Litbang. (2020a). Beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil gabah. (on-line).
http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/2067/
diakses 15 Februari 2020.
Litbang. (2020b). Varietas Inpago Unsoed 1.
Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian. (on-line).
http://www.litbang.pertanian.go.id/varietas/795/ diakses 3 Februari 2020.
Litbang. (2020c). Varietas Inpari 32 HDB.
Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertnian. (on-line).
http://www.litbang.pertanian.go.id/varietas/1024/ diakses 3 Februari 2020.
Maulana, W. (2017). Respon beberapa varietas padi
(Oryza Sativa L.) terhadap serangan hama penggerek batang padi dan walang
sangit (Leptocorisa acuta Thubn.). Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 10(1),
21�27.
Peng, S., Cassman, K. G., Virmani, S. S., Sheehy, J.,
& Khush, G. S. (1999). Yield potential trends of tropical rice since the
release of IR8 and the challenge of increasing rice yield potential. Crop
Science, 39(6), 1552�1559.
Rahadi, I. K. S., Wijaya, I. M. A. S., & Tika, I.
W. (2019). Intensitas Serangan Hama Tikus Tanaman Padi Menggunakan Metode
Pengamatan Keliling Berhubungan Linier dengan Luas Serangan Hasil Analisi Foto
Udara. Jurnal BETA (Biosistem Dan Teknik Pertanian), 7(2),
279�286.
Ramulamma, A. (2014). Host plant Resistance in
Paddy to Brown Planthopper, Nilaparvata Lugens (stal). Acharya Ng Ranga
Agricultural University. Rajendranagar, HYDERABAD.
Santosa, S. J. (2012). Peranan musuh alami hama utama
padi pada ekosistim sawah. Innofarm: Jurnal Inovasi Pertanian, 6(1).
Senoaji, W., & Praptana, R. (2018). Interaksi
Nitrogen dengan Insidensi Penyakit Tungro dan Pengedaliannya Secara Terpadu
pada Tanaman Padi.
Sianipar, M. S. (2018). Fluktuasi Populasi Serangga
Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) Pada Lahan Sawah Di Kabupaten
Kerawang Jawa Barat. Agrologia, 7(2).
Sujitno, E., Dianawati, M. & Fahmi, T. (2014). Serangan wereng
batang coklat pada padi varietas unggul baru lahan sawah irigasi. Agros. 16(2), 240�247.
Suprihatno, D., Pertanian, B., Daradjat, A. A.,
Baehaki, S. E., Widiarta, I. N., Setyono, A., Indrasari, S. D., Lesmana, O. S.,
& Sembiring, H. (2009). Deskripsi varietas padi. Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Jakarta: Departemen
Pertanian.
Sutaryo, B., & Purwantoro, A. (2003). Heterosis
Standar Hasil Gabah Dan Analisis Lintasan. Ilmu Pertanian, 10(2003).